
Mempelajari kritik hadits pasti akan ketemu, sekaligus bertemu apa yang dinamakan hadits hoaks, atau hadits Maudhu’i. Kemunculan hadits hoaks terkait erat dengan kisruh politik antara Khalifah Ali ra dengan Muawiyah, terlebih setelah Khalifah Ali ra wafat. Dan Muawiyah naik tahta sebagai Khalifah.
Jadi bukan saja terpengaruh post truth atau paska kebenaran. Yang mampu berdampak buruk merontokan kebenaran real, disamping pembunuhan karakter pada orang baik.
Sebab-sebab hadits hoak era itu berdasarkan amatan Musfir A’zmullah ad-daminy dalam bukunya yang berjudul “Maqayyis Naqdu mutun as- Sunnah. Yaitu: Era fitnah, ketika khalifah Ali terbunuh sehingga terjadi pertikaian antara pro Ali, dan kontra. Muawiyah dan khowarij. Selanjutnya hadist hoax dibuat musuh islam. Disamping rasa ta’asub terhadap golongan meliputi bahasa, mazhab dan wilayah.
Ada juga penyebab selain itu adalah cerita dongeng- dongeng yang tidak jelas sumbernya seperti riwayat israiliyat. Dan terakhir tak kalah penting adanya hadist hoax adalah murni untuk puja puji penguasa, dalam rangka mengokohkan politik status quo.
Contoh hadits hoaks:
“Abu Bakar penghulu umatku setelah Aku”, “Sebaik-baiknya manusia adalah Ali ra, barang siapa mengingkari maka termasuk kufur”,
” Yang paling amanah ada tiga, Saya, Malaikat Jibril dan Muawiyah”. Lihat. Nuruddin Attar dalam bukunya yang berjudul “Manhajun an-naqdi fi ulumil hadits, hal. 326. Hoaks diproduksi begitu gencar era itu, mirip lah penomena di negeri nusantara kita menjelang pilpres.
Hoak sengaja disebarkan dalam rangka menancapkan paradigma pemikiran sehinga terbentuk opini publik sekaligus mencari pembenaran lewat sakralitas dulu merujuk justifikasi “Rasulullah saw” yang padahal Rasulullah saw sama sekali tak terlibat. Dengan bangunan hoaks mereka mencari keuntungan golongan mulai dari kekuasaan, kesalehan sampai otoritas keilmuan.
Penyebar hoaks atau hadits palsu era itu kubu pro Ali, yaitu Syi’ah. Ada juga yang kontra Ali Yaitu Khowarij dan kelompok Mu’ awiyah.
Masing-masing kubu menyebar hadis hoax tentang keutamaan kelompok nya dan menjelekan musuh kelompoknya.
Yang pro Ali ra membuat hadist hoax seakan- akan Rasulullah saw berwasiat kepada Ali ra. Sementara Muawiyah membuat hadist hoax kemuliaan golongan nya. Khowarij membuat hadis hoax mengkafirkan diluar golongannya.
Jadi jika ditarik ke era kini hoaks ternyata modusnya ya sama, memuliakan golongan nya, orientasi kekuasaan, sekaligus menjatuhkan rivalitas politik berbalut sakralitas agama.
Wallahu a’lam.
Penulis Ketua Lakpesdam Kab. Tangerang
Akhmad Basuni